1. Review Aliran Darah Normal
Dalam sistem peredaran darah cakupannya meliputi:
- Darah
- Pembuluh darah
- Jantung
1. Darah
Darah ada dua komponen yaitu komponen padat dan cair. komponen yang cair disebut plasma darah sedangkan yang padat adalah sel darah.
Pada plasma darah tersusun atas air dan zat terlarut. Zat terlarutnya adalah :
- protein (albumin, immunoglobulin (globulin) dan fibrinogen )
- albumin berperan dalam menjaga tekanan osmosis darah
- imunoglobulin berperan dalam sistem kekebalan tubuh
- fibrinogen berperan sebagai faktor pembeku darah
- mineral,
- produk sisa,
- hormon,
- garam terlarut dan
- mineral seperti kalsium, sodium dan potasium
sekarang kita pelajari komponen kedua darah yaitu komponen yang berbentuk padatan yaitu sel darah. Sel darah dibagi menjadi 3 macam yaitu: sel darah merah/eritrosit, sel darah putih/leukosit dan keping darah/trombosit.
Keping darah atau trombosit
- Trombosit berasal dari sel megakariosit yang pecah menjadi bagian-bgian kecil. bgian-bagian kecil itu yang yang disebut platelet atau trombosit
- Megakariosit berasal dari sel meiloblast yang juga merupakan induk sel leukosit. (lihat gambar dibawah ini
- Harga normal : 200.000 – 400.000 / mm2
- Trombosit berfungsi sebagai sistem pembekuan darah
Mekanisme Pembekuan Darah
- Proses pembekuan darah →melalui 3 tahap :
- Suatu zat yang dinamakan aktivator protrombin atau trombokinase yang berada di trombosit terbentuk akibat robeknya pembuluh darah atau rusaknya darah itu sendiri.
- Aktivator protrombin mengaktifkan perubahan protrombin menjadi trombin.
- Trombin bekerja sebagai enzim yang mengubah fibrinogen menjadi benang benang fibrin yang. menyaring sel-sel darah merah dan plasma untuk membentuk bekuan itu sendiri.
- Bentuk eritrosit diskus bikonkaf dengan diameter 8,6 µm
- Mengandung haemoglobin (Hb) yaitu suatu protein yang mengandung zat besi dan karbonik anhidrase (suatu enzim yang terlibat dalam transport O2)
- Jumlah normal :
- pria : 4,5 juta – 5,5 juta / mm2, dan
- wanita : 4 juta – 5 juta / mm2
Fungsi Eritrosit
- Fungsi eritrosit adalah mengangkut O2 dari paru-paru ke seluruh sel tubuh, sedang CO2 juga diangkut oleh eritrosit dan plasma darah.
- Daya angkut O2 tersebut akibat Hb mempunyai afinitas terhadap O2, dimana 1 g Hb mampu mengangkut 1,34 cc O2, atau 100 cc darah mengangkut 20 cc O2
- Harga normal Hb : pria : 13 – 16 g%, sedang wanita : 12 – 14 g%
Metabolisme Eritrosit
- Umur eritrosit adalah 120 hari
- Eritrosit mati → mengalami destruksi di limpa, kemudian hemoglobin akan dipecah menjadi heme dan globin
- hemoglobin → haem/heme + globin
- Haem/heme akan diubah menjadi zat besi dan porfirin
- heme → besi + porfirin,
- zat besi digunakan untuk membentuk eritrosit baru sedangkan porfirin akan diubah menjadi bilirubin
- Porfirin → bilirubin → mewarnai urine (urobilin) dan feses (sterkobiline)
- heme → besi + porfirin,
- Tempat pembuatan sel eritrosit adalah: hati, sumsum tulang dan limpa.
Leukosit Granular
- Neutrofil : granula tidak berwarna
- Eosinofil : granula berwarna merah pada pewarnaan asam
- Basofil : granula berwarna biru pada pewarnaan basa
- Monosit : merupakan sel besar dengan bentuk nukleus oval atau seperti ginjal
- Limfosit : mempunyai nuleus yang besar dan mengisi hampir seluruh sel
Kadar normal leukosit adalah:
- Basofil : 0 – 1 %
- Eosinofil: 2 – 4 %
- Batang : 1 – 5 %
- Segmen: 51 – 67 %
- Limfosit : 20 – 30 %
- Monosit: 2 – 6 %
Fungsi Leukosit
Granulosit dan monosit berfungsi untuk:
- Melindungi tubuh terhadap invasi organisma dengan cara memakanya yang disebut : fagositosis, dan
- Mampu menembus dinding pembuluh darah melalui pori pori yang disebut proses diapedesis
- Limfosit berfungsi untuk proses kekebalan (imunitas seluler)
Tempat Pembuatan Leukosit
- Granulosit dan monosit dibuat di sumsum tulang
- Limfosit dibuat di sumsum tulang,
- kemudian yang berkembang di sumsum tulang belakang maka disebut limfosit B (Bone narrow)
- kmeudian ada limfosit yang lain berkembang di timus maka disebut limfosit T (Thymus)
tambahan :
Beda Serum dan Plasma Darah
Hematokrit darah : adalah persentase darah yang berupa sel.
Hematokrit 40 berarti 40 % dari volume darah adalah sel, sedang sisanya plasma.
Harga normal pria : 42, wanita : 38
Sumber : http://konsepbiologi.wordpress.com/2011/10/21/sistem-peredaran-darah
2. Mekanisme Syok Sirkulasi
1. Shock kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung).
- Jika darah dibiarkan invitro maka akan terjadi pembekuan, dan diatas bekuan timbul cairan jernih yang disebut : Serum
- Jadi perbedaan serum dan plasma darah terletak pada ada tidaknya sistem pembekuan darah.
- Plasma → mengandung sistem pembekuan darah, serum tidak
Hematokrit darah : adalah persentase darah yang berupa sel.
Hematokrit 40 berarti 40 % dari volume darah adalah sel, sedang sisanya plasma.
Harga normal pria : 42, wanita : 38
Sumber : http://konsepbiologi.wordpress.com/2011/10/21/sistem-peredaran-darah
2. Mekanisme Syok Sirkulasi
1. Shock kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung).
Disebabkan
oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi
berkurang atau berhenti sama sekali untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Syok
kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel, yang mengakibatkan
gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan
Ventrikel
kiri gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu menyediakan curah jantung yang
memadai untuk mempertahankan perfusi jaringan. Syok kardiogenik dapat
didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda syok dan dijumpai adanya
penyakit jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan irama jantung, rasa
nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub
atau sekat jantung.
Patofisiologi
shock kardiogenik
Tanda dan gejala shock kardiogenik
mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi gagal jantung. Kerusakan jantung
mengakibatkan penurunan curah jantung yang ada pada gilirannya menurunkan
tekanan darah arteri ke organ-organ vital. Aliran darah ke arteri coroner
berkurang sehingga asupan oksigen ke jantung untuk memompa, akhirnya terjadilah
lingkaran setan. Tanda klasik shock kardiogenik adalah tekanan darah rendah ,
nadi cepat, dan lemah, hipoksia otak yang termanisfestasi dengan adanya konfusi
dan agitasi penurunan keluaran urine, serta kulit yang dingin dan lembab.
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung seperti pada gagal
jantung. Penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel
kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan
mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End
Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai
pompa yang efektif.
2.
Shock hipovolemik (
akibat penurunan volume darah)
Syok
hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan
volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraselular
dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh
total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu
kompartemen intravascular dan intersisial. Volume cairan interstitial adalah
kira-kira 3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi
jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini
akanmenggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn berat badan 70
kg. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang
cepat (syok hemoragik).
Patofisiologi Syok Hipovolemik
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan
mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi,
kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin.
Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan
darah yang berat dan akut dengan mengaktivasi
kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui
pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui
pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber
perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya
menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu
sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi
bentuk yang sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap
syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini
terjadi akibat peningkatanpelepasan
norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus(diatur
oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh
darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah
ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok
hemoragik dengan peningkatan
sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan
mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan
dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II
mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok
hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi
aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi
aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok
hemoragik denganmeningkatan
Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula
pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan
tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi
natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH
menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis,
duktus kolektivus, dan lengkung Henle.
3.
Shock
distributif
Syok distributif atau vasogenik terjadi
ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskulatur seperti
ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer.
Etiologi shock distributif
Syok distributif dapat disebabkan baik
oleh kehilangan tonus simpatis atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari
sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok distributif
yaitu
(1) syok neurogenik seperti
cedera medulla spinalis, anastesi spinal,
(2) syok anafilaktik seperti
sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi, alergi sengatan lebah
(3) syok
septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan >
65 tahun, malnutrisi
Berbagai mekanisme yang mengarah pada
vasodiltasi awal dalam syok distributif lebih jauh membagi klasifikasi syok ini
kedalam 3 tipe :
A.
Syok Neorugenik
disebut
juga syok spinal merupakan bentuk dari syok distributif, Syok neurogenik
terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya tonus pembuluh
darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga terjadi hipotensi dan
penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Hasil dari
perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera
pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum
yang dalam).
B.
Syok Anafilaktik
Syok
anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi tipe yang fatal dan dapat menimbulkan
“bencana”, yang dapat terjadi dalam beberapa detik-menit, sebagai akibat reaksi
antigen antibody, pada orang-orang yang sensitive setelah pemberian obat-obat
secara parentral, pemberian serum / vaksin atau setelah digigitserangga.
Reaksi ini diperankan oleh IgE
antibody yang menyebabkan pelepasan mediator kimia dari sel mast dan sel
basofil yang beredar dalam sirkulasi berupa fistamin, SRS-A, serotonin dll.
Patofisiologi shock anafilaktik
Mekanisme
umum terjadinya reaksi anafilaksis dan anafilaktoid adalah berhubungan dengan
degranulasi sel mast dan basophil yang kemudian mengeluarkan mediator kimia
yang selanjutnya bertanggung jawab terhadap symptom. Degranulasi tersebut dapat
terjadi melalui kompleks antigen dan Ig E maupun tanpa kompleks dengan Ig E
yaitu melalui pelepasan histamine secara langsung.
Mekanisme
lain adalah adanya gangguan metabolisme asam arachidonat yang akan menghasilkan
leukotrien yang berlebihan kemudian menimbulkan keluhan yang secara klinis
tidak dapat dibedakan dengan meknisme diatas. Hal ini dapat terjadi pada
penggunaan obat-obat NSAID atau pemberian gama-globulin intramuscular
C.
Syok Septik
Shock septik adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai
potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah
keadaan ketidakadekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner
& Suddarth vol.3, edisi 8, 2002)
Menurut M. A
Henderson (1992), Shock septik adalah shock akibat infeksi berat dimana
sejumlah besar toksin memasuki peredaran darah . Escherichia coli merupakan kuman yang sering menyebabkan shock
ini.Secara umum shock septik adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme
mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksipejamu umum toksin. Hesilnya adalah
keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan.
Shock
septik sering terjadi pada:
Ø Bayi baru lahir
Ø Usia diatas 50 tahun
Ø Penderita gangguan system kekebalan
Patofisiologi
shock septik
Yaitu respon imun yang membangkitkan
aktivasi berbagai mediator kimiawi mempunyai beberapa efek yang menharah pada
perembesan cairan dari kapiler, yang mengarah pada shock , yaitu
peningkatan permeabilitas kapiler yang
mengarah pada perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi. Sebelum
terjadinya shock septik biasanya didahului oleh adanya suatu infeksi sepsis.
Sumber : file:///D:/ict/mekanisme.html
3. Terapi dalam Syok Sirkulasi
1.Tindakan umum.
Ada berbagai pendekatan pada penatalaksanaan syok kardiogenik. Setiap disritmia mayor harus dikoreksi karena mungkin dapat menyebabkan atau berperan pada terjadinya syok. Bila dari hasil pengukuran tekanan diduga atau terdeteksi terjadi hipovolemia atau volume intravaskuler rendah. Pasien harus diberi infus IV untuk menambah jumlah cairan dalam sistem sirkulasi. Bila terjadi hipoksia, berikan oksigen, kadang dengan tekanan positif bila aliran biasa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
2.Farmakoterapi.
Terapi medis dipilih dan diarahkan sesuai dengan curah jantung dan tekanan darah arteri rerata. Salah satu kelompok obat yang biasa digunakan adalah katekolamin yang dapat meningkatkan tekanan darah dan curah jantung. Namun demikian mereka cenderung meningkatkan beban kerja jantung dengan meningkatkan kebutuhan oksigen.
Bahan vasoaktif seperti natrium nitroprusida dan nitrogliserin adalah obat yang efektif untuk menurunkan tekanan darah sehingga kerja jantung menurun. Bahan-bahan ini menyebabkan arteri dan vena mengalami dilatasi, sehingga menimbulkan lebih banyak pintasan volume intravaskuler keperifer dan menyebabkan penurunan preload dan afterload. Bahan vasoaktif ini biasanya diberikan bersama dopamin, suatu vasopresor yang membantu memelihara tekanan darah yang adekuat.
3.Pompa Balon Intra Aorta.
Terapi lain yang digunakan untuk menangani syok kardiogenik meliputi penggunaan alat bantu sirkulasi. Sistem bantuan mekanis yang paling sering digunakan adalah Pompa Balon Intra Aorta (IABP = Intra Aorta Baloon Pump). IABP menggunakan counterpulsation internal untuk menguatkan kerja pemompaan jantung dengan cara pengembangan dan pengempisan balon secara teratur yang diletakkan di aorta descendens. Alat ini dihubungkan dengan kotak pengontrol yang seirama dengan aktivitas elektrokardiogram. Pemantauan hemodinamika juga sangat penting untuk menentukan position sirkulasi pasien selama penggunaan IABP. Balon dikembangkan selam diastole ventrikel dan dikempiskan selama sistole dengan kecepatan yang sama dengan frekuensi jantung. IABP akan menguatkan diastole,yang mengakibatkan peningkatan perfusi arteria koronaria jantung. IABP dikempiskan selama sistole, yang akan mengurangi beban kerja ventrikel.
4.Penatalaksanaan yang lain :
a.Istirahat
b.Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam.
c.Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena, dan volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling bergantian), dan takikardia atria proksimal.
4) Pemberian diuretik, yaitu untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak menganggu istirahat pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretik. Pasien juga harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi.
d.Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati depresi pernapasan.
e.Pemberian oksigen.
f.Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.
Ada berbagai pendekatan pada penatalaksanaan syok kardiogenik. Setiap disritmia mayor harus dikoreksi karena mungkin dapat menyebabkan atau berperan pada terjadinya syok. Bila dari hasil pengukuran tekanan diduga atau terdeteksi terjadi hipovolemia atau volume intravaskuler rendah. Pasien harus diberi infus IV untuk menambah jumlah cairan dalam sistem sirkulasi. Bila terjadi hipoksia, berikan oksigen, kadang dengan tekanan positif bila aliran biasa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
2.Farmakoterapi.
Terapi medis dipilih dan diarahkan sesuai dengan curah jantung dan tekanan darah arteri rerata. Salah satu kelompok obat yang biasa digunakan adalah katekolamin yang dapat meningkatkan tekanan darah dan curah jantung. Namun demikian mereka cenderung meningkatkan beban kerja jantung dengan meningkatkan kebutuhan oksigen.
Bahan vasoaktif seperti natrium nitroprusida dan nitrogliserin adalah obat yang efektif untuk menurunkan tekanan darah sehingga kerja jantung menurun. Bahan-bahan ini menyebabkan arteri dan vena mengalami dilatasi, sehingga menimbulkan lebih banyak pintasan volume intravaskuler keperifer dan menyebabkan penurunan preload dan afterload. Bahan vasoaktif ini biasanya diberikan bersama dopamin, suatu vasopresor yang membantu memelihara tekanan darah yang adekuat.
3.Pompa Balon Intra Aorta.
Terapi lain yang digunakan untuk menangani syok kardiogenik meliputi penggunaan alat bantu sirkulasi. Sistem bantuan mekanis yang paling sering digunakan adalah Pompa Balon Intra Aorta (IABP = Intra Aorta Baloon Pump). IABP menggunakan counterpulsation internal untuk menguatkan kerja pemompaan jantung dengan cara pengembangan dan pengempisan balon secara teratur yang diletakkan di aorta descendens. Alat ini dihubungkan dengan kotak pengontrol yang seirama dengan aktivitas elektrokardiogram. Pemantauan hemodinamika juga sangat penting untuk menentukan position sirkulasi pasien selama penggunaan IABP. Balon dikembangkan selam diastole ventrikel dan dikempiskan selama sistole dengan kecepatan yang sama dengan frekuensi jantung. IABP akan menguatkan diastole,yang mengakibatkan peningkatan perfusi arteria koronaria jantung. IABP dikempiskan selama sistole, yang akan mengurangi beban kerja ventrikel.
4.Penatalaksanaan yang lain :
a.Istirahat
b.Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam.
c.Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena, dan volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling bergantian), dan takikardia atria proksimal.
4) Pemberian diuretik, yaitu untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak menganggu istirahat pada malam hari, intake dan output pasien harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah pemberian diuretik. Pasien juga harus menimbang badannya setiap hari turgor kulit untuk menghindari terjadinya tanda-tanda dehidrasi.
d.Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati depresi pernapasan.
e.Pemberian oksigen.
f.Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.
Sumber : file:///D:/ict/terapi.html
4. Progresi dalam Syok Sirkulasi
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel.
Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation).
Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi.
Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek keadaan. Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.
Sumber : file:///D:/ict/progresif.html
5. Syok Non Progresi
Tahap non-progresif (kadang-kadang disebut juga tahap kompensasi), sehingga mekanisme kompensasi sirkulasi normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan sempurna tanpa dibantu terapi dari luar. Hal ini kemungkinan besar karena terjadi penurunan tekanan darah yang sedikit dengan pemulihan yang cepat. Faktor-faktor yang menyebabkan penderita pulih kembali dari syok tingkat sedang merupakan mekanisme umpan balik negatif dari sirkulasi yang berusaha untuk mengembalikan curah jantung dan tekanan arteri kembali ke normal. Faktor-faktor tersebut seperti refleks baroreseptor, respon iskemik sistem saraf pusat, stress relaksasi timbal balik dari sistem sirkulasi, pembentukan angiotensin, pembentukan vasopressin, serta mekanisme yang mengembalikan volume darah ke arah normal.
6. Syok Progresi
Tahap progresif, ketika syok menjadi semakin buruk sampai timbul kematian. Dimana sistem sirkulasi mulai rusak dan berbagai umpan balik positif timbul, yang dapat menyebabkan suatu lingkaran setan dari penurunan progresif curah jantung.(bagan)
Sumber : file:///D:/ict/progresif%20n%20non.html